Bersikap Lembut kepada Isteri
BAB II
HAK-HAK ISTERI ATAS SUAMINYA
Pasal 13
Bersikap Lembut kepada Isteri
Dalam menyifati hamba-hamba-Nya yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al-Maa-idah/5: 54]
Sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا.
“Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah yang pa-ling baik akhlaknya di antara kalian.”
Merupakan suatu tindakan kasar lagi zhalim, jika seorang laki-laki di awal perjumpaannya dengan wanita “yang patut dikasihani” ini tidak memikirkan, kecuali hanya akan melampiaskan nafsunya dan memecahkan selaput darahnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat wanita lari dari laki-laki. Dan ketakutannya pada laki-laki itu bisa berlangsung sangat lama.
Adakah penghalang bagi seorang muslim untuk mendatangi isterinya melalui kata-kata yang baik dan cumbuan. Sebab, hal tersebut menjadi faktor yang sangat besar bagi menyatunya hati dan tercapainya cinta kasih dan sayang di antara keduanya. Dalam masalah ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi teladan bagi kita semua.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab Shahiihnya, dari hadits Jabir bin ‘Abdullah Radhiyallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadaku:
هَلاَ جَارِيَةً تُلاَعِبُكَ وَتُلاَعِبُهَا.
“Mengapa engkau tidak menikahi gadis saja, di mana dia akan dapat mencandaimu dan engkau pun dapat mencandainya.”
Dari ‘Urwah bin Zubair, dia berkata, ‘Aisyah pernah berkata:
وَاللهِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ عَلَى بـَابِ حُجْرَتِي، وَالْحَبَشَةُ يَلْعَبُونَ بِحِرَابِهِـمْ فِي الْمَسْجِدِ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي بِرِدَائِهِ لِكَيْ أَنْظُرَ إِلَى لَعِبِهِمْ، ثُمَّ يَقُومُ مِنْ أَجْلِي حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّتِي أَنْصَرِفُ، فَاقْدِرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ حَرِيصَةً عَلَى اللَّهْوِ.
“Demi Allah, sesungguhnya aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di pintu kamarku, sementara orang-orang Habasyah (Ethiopia) tengah bermain dengan tombak mereka di masjid. Sedang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutupi diriku dengan rida’ (selendang) nya agar aku dapat melihat permainan mereka. Kemudian beliau berdiri untuk kepentinganku sehingga aku yang berbalik. Maka nilailah dengan penilaian seorang gadis yang masih berusia belia yang masih ingin bermain.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berhasil berlomba denganku, tetapi aku berhasil mengalahkan beliau lagi. Dan itu berlangsung ketika tubuhku belum gemuk. Kemudian aku sempat berlomba dengan beliau setelah aku gemuk, tetapi beliau berhasil mengalahkanku lagi. Lalu beliau berkata, ‘Yang ini sebagai balasan yang itu.’” [HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih][1]
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Jika Rasulullah dibawakan bejana, maka aku minum darinya sedangkan aku dalam keadaan haid. Kemudian beliau mengambilnya dan meletakkan mulut beliau pada bagian yang sudah terkena mulutku. Dan jika aku membawa tulang yang berdaging, aku memakan darinya, kemudian beliau mengambilnya, lalu meletakkan mulut beliau di bagian yang terkena mulutku.” [HR. Muslim].
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَاحِدٍ، فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُولَ: دَعْ لِي دَعْ لِي قَالَتْ: وَهُمَا جُنُبَانِ.
“Aku pernah mandi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu bejana yang terletak antara diriku dengan beliau. Lalu beliau meraih (gayung) lebih dulu daripada diriku, sehingga aku katakan, ‘Tinggalkan ia untukku. Tinggalkan ia untukku.’ Dia berkata, ‘Dan keduanya dalam keadaan junub.’” [HR. Muslim].
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersandar di pangkuanku sedang aku dalam keadaan haid, kemudian beliau membaca al-Qur-an.” [HR. Al-Bukhari].
[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]
______
Footnote
[1] Syaikh Muqbil al-Wadi’i mengatakan di dalam takhrij Tafsiir Ibni Katsir (II/286), “Sanadnya shahih.”
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/53911-bersikap-lembut-kepada-isteri.html